Tuesday 4 October 2016


BAB I
PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang

Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang di wahyukankepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat jibril, yang berfungsi sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia, pembeda antara yanghak dam yang batil, sebagai nasihat bagi orang-orang yang bertaqwa, dansebagai obat bagi penyakit manusia (khususnya penyakit psikologis).Al-Qur’an merupakan wahyu atau kalam yang di sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, isinya penuh dengan ilmu yang terbebas darikeraguan, kecurangan, pertentangan dan kejahilan, Al-Qur’an jugamerupakan penjelmaan dari kebenaran, keseimbangan pemikiran dankarunia. Sebagai wahyu, Al-Qur’an bukan pemikiran dan ciptaan Nabi Muhammad.
Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan Alloh. Kitab Al-Qur’an adalah sebagai penyempurna dari kita-kitab Alloh yang pernahditurunkan sebelumnya. Al-Qur’an dan Hadits merupakan sumber pokok ajaran Islam dan merupakan rujukan umat Islam dalam memahami syariat.Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk membahas lebih mendalam mengenai Al-qur’an baik dalam pandagan Al-Qur’an sendirimaupun hadits, yang penulis bahas pada bab selanjutnya.

2.    Rumusan Masalah
1.    Bagaimana pengertian Al-Qur’an dan Hadits baik secara etimologi maupun terminologi itu?
2.    Apa manfaat , fungsi dan keutamaan Alquran?

3.    Tujuan Masalah
1.    Mengetahui pengertian Al-Quran dan Hadits secara etimologi dan terminology.
2.    Mengetahui manfaat, fungsi dan keutamaan Alquran.

BAB II
PEMBAHASAN 

Al-Qur'an (ejaan KBBI: Alquran, bahasa Arab: القرآن al-Qurʾān) adalah kitab suci berbahasa Arab yang Allah wahyukan kepada nabi Muhammad  melalui perantaraan Malaikat Jibril.[ ][ ] Umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan kepada seluruh umat manusia.[3]

1.    Pengertian Al-Qur’an

Pengertian Al Qur'an secara etimologi (bahasa)
Ditinjau dari bahasa, Al Qur'an berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jamak dari kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a - yaqra'u - qur'anan yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang. Konsep pemakaian kata tersebut dapat dijumpai pada salah sat u surah al Qur'an yaitu pada surat al Qiyamah ayat 17 - 18.
Pengertian Al Qur'an secara terminologi (istilah islam)
Secara istilah, al Qur'an diartikan sebagai kalm Allah swt, yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat, disampaikan dengan jalan
mutawatir dari Allah swt sendiri dengan perantara malaikat jibril dan
mambaca al Qur'an dinilai ibadah kepada Allah swt.

Al Qur'an adalah murni wahyu dari Allah swt, bukan dari hawa nafsu
perkataan Nabi Muhammad saw. Al Qur'an memuat aturan-aturan kehidupan
manusia di dunia. Al Qur'an merupakan petunjuk bagi orang-orang yang
beriman dan bertaqwa. Di dalam al Qur'an terdapat rahmat yang besar dan
pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Al Qur'an merupakan petunjuk yang
dapat mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju jalan yang terang.
Pengertian Al Qur'an menurut Para Ahli
Berikut ini pengertian al Qur'an menurut beberapa ahli : 
a. Muhammad Ali ash-Shabuni
Al Qur'an adalah Firman Allah swt yang tiada tandingannya, diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw penutup para nabi dan rasul dengan perantaraan
malaikat Jibril as, ditulis pada mushaf-mushaf kemudian disampaikan kepada
kita secara mutawatir ((jumlah orang yang banyak dan tidak mungkin bersepakat untuk berbohong), membaca dan mempelajari al Qur'an adalah ibadah, dan al Qur'an dimulai dengan surat al Fatihah serta ditutup dengan surat an Nas.
b. Dr. Subhi as-Salih
Al Qur'an adalah kalam Allah swt merupakan mukjizat yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan dengan
mutawatir serta membacanya adalah ibadah.
c. Syekh Muhammad Khudari Beik
Al Qur'an adalah firman Allah yang berbahasa arab diturunkan kepada   
Nabi Muhammad saw untuk dipahami isinya, disampaikan kepada kita secara mutawatir ditulis dalam mushaf dimulai surat al Fatihah dan diakhiri dengan surat an Nas.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat kita simpulkan bahawa al Qur'an
adalah wahyu Allah swt. yang diturunkan kepada nabi Muhammad 
dengan perantara malaikat jibril, disampaikan dengan jalan mutawatir kepada
kita, ditulis dalam mushaf dan membacanya termasuk ibadah. Al Qur'an
diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad saw selama
kurang lebih 22 tahun.

Al-Qur’an itu mempunyai kriteria-kriteria seperti:

a.       Al-Qur’an adalah Firman Allah swt
b.      Al-Qur’an yang merupakan firman Allah itu berbahasa Arab, oleh karena itu Al-Qur’an yang ditulis atau dilafalkan tidak dalam bahasa arab tidakdisebut Al-Qur’an.
c.       Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantaraan malaikat jibril, dengan demikian hadist bukanlah Al-Qur’an karena Hadist tidak melalui perantaraan Jibril lagi pula hadist bukanlah Firman Allah yang diucapkan dengan bahasa Nabi sendiri.
d.      Al-Qur’an sampai kepada kita dengan jalan mutawatir artinya Al-Qur’an yang diterima oleh nabi muhammad dari Allah melalui Jibril itu. Beliau ajarkan kepada orang banyak pula begitu seterusnya, sehingga akhirnya sampai kepada kita dari orang banyak kepada orang banyak ini merupakan jaminan bagi kebenaran/ keautentikan Al-qur’an, sebab tidak mungkin orang banyak sepakat untuk berdusta. Bukan Al-Qur’an kalau hanya diriwayatkan oleh seseorang atau beberapa orang saja.
e.      Al-qur’an adalah Mukjizat Nabi Muhammad Saw yang bersifat memberikan tantangan kepada siapapun yang tidak percaya terhadap kebenaran kewahyuannya. Mereka ditantang untuk menandingi atau mengalahkan Al-Qur’an, sekalipun hanya dengan membuat satu surat yang paling pendek, namun tidak mungkin Al-Qur’an dapat ditandingi sebab kalau dapat ditandingi bukanlah mukjizat namanya.
f.        Al-Qur’an ditulis didalam Mush-haf. Selain Al-Qur’an itu kitab suci yang paling banyak dibaca (artinya memang bacaan). Ia juga ditulis dalam Mush-hab dan penulisan telah dikerjakan sejak masa Nabi Muhammad kerena selalu ditulis ini lah Al-Qur’an juga disebut Al-kitab. Dewasa ini mush-haf Al-Qur’an juga disebut Mush-haf Usmani kerena penulisannya mengikuti metode Usman Bin Affan.
g.       Al-Qur’an diperintahkan untuk dibaca (selain itu tentunya untuk dipelajari atau diamalkan), kerena perintah, berarti membaca Al-Qur’an adalah ibadah pahala. Dalam Hadist Riwayat Tarmidzi diterangkan bahwa, satu huruf Al-Qur’an dibaca, pahalanya berlipapt sampai sepuluh kali. Hanya Al-Qur’an yang mendapat perlauan istimewa seperti ini.
h.      Al-Qur’an diawali dengan surat Al-fatihah dan di akhiri dengan surat An-Nas. Lampiran-lampiran diluar itu seperti ilmu tauhid, keterangan-keterangan yang menjelaskan tentang keutamaan membaca Al-Qur’an, bukanlah Al-Qur’an.

Keutamaan Al-Qur’an ditegaskan dalam Sabda Rasullullah, antara lain:

1.      Sebaik-baik orang di antara kamu, ialah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya
2.      Umatku yang paling mulia adalah Huffaz (penghafal) Al-Qur’an (HR. Turmuzi)
3.      Orang-orang yang mahir Al-Qur’an adalah beserta malaikat-malaikat yang suci dan mulia, sedangkan orang membaca Al-Qur’an dan kurang fasih lidahnya berat dan sulit membetulkannya maka baginya dapat dua pahala (HR. Muslim).
4.      Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah hidangan Allah, maka pelajarilah hidangan Allah tersebut dengan kemampuanmu (HR. Bukhari-Muslim).
5.      Bacalah Al-Qur’an sebab di hari Kiamat nanti akan datang Al-Qur’an sebagai penolong bagai pembacanya (HR. Turmuzi).

Fungsi Al-Qur’an antara lain adalah:

1.      Menerangkan dan menjelaskan (QS. 16:89; 44:4-5)
2.      Al-Qur’an kebenaran mutlak (Al-Haq) (QS. 2: 91, 76)
3.      Pembenar (membenarkan kitab-kitab sebelumnya) (QS. 2: 41, 91, 97; 3: 3; 5: 48; 6: 92; 10: 37; 35: 31; 46: 1; 12: 30)
4.      Sebagai Furqon (pembeda antara haq dan yang bathil, baik dan buruk)
5.      Sebagai obat penyakit (jiwa) (QS. 10: 57; 17:82; 41: 44)
6.      Sebagai pemberi kabar gembira
7.      Sebagai hidayah atau petunjuk (QS. 2:1, 97, 185; 3: 138; 7: 52, 203, dll)
8.      Sebagai peringatan
9.      Sebagai cahaya petunjuk (QS. 42: 52)
10.  Sebagai pedoman hidup (QS. 45: 20)
11.  Sebagai pelajaran

Manfaat Membaca Alquran    :

1. Al Quran sebagai pedoman hidup manusia untuk menuntun kepada jalan kebaikan, kebenaran dan keselamatan
3. Al Quran sebagai penyejuk hati bagi siapa saja yang membacanya
4. Al Quran mampu memotivasi diri dan pemberi semangat
5. Al Quran sebagai sebuah peringatan besar dan teguran akan sifat dan perilaku manusia
6. Al Quran sebagai pelebur segala emosi dan amarah yang mampu mendamaikan dan memberi ketenangan yang tidak dapat dilukiskan atau digambarkan seperti halnya yang terjadi pada Sayyid Quthb Rahimakumullah
7. Al Quran sebagai sarana komunikasi diri dengan Allah SWT

 Ayat Yang Turun Pertama Kali

1. Pendapat yang paling shahih mengenai yang pertama kali turun ialah firman Allah surah Al-Alaq ayat 1-5.
Dasar pendapat ini adalah hadits yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari dan Muslim, dan lainnya, dari Aisyah tentang turunnya wahyu kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam di gua Hira.
2. Dikatakan pula, bahwa yang pertama kali turun adalah ayat, “Ya ayyuhal muddatstsir.” Ini didasarkan pada hadits Bukhari dan Muslim dari Abu Salamah bin Abdirrahman.
Hadits tersebut menjelaskan bahwa pertanyaan yang dimaksud adalah mengenai surat yang diturunkan secara penuh. Jabir menjelaskan bahwa surat Al-Muddatstsir-lah yang turun secara penuh sebelum surat Iqrah’ (Al-Alaq) selesai diturunkan semuanya.
Maka ayat Al-Qur’an yang pertama kali turun secara mutlak adalah Iqra’ dan surat yang pertama diturunkan secara lengkap, dan pertama setelah terhentinya wahyu ialah “Ya ayyuhal muddatstsir.” Atau bisa juga dikatakan bahwa surat Al-Muddatstsir turun sebagai tanda kerasuluannya, sedangkan ayat “Iqra” turun sebagai tanda kenabiannya.
3. Pendapat lain mengatakan, bahwa yang pertama kali turun adalah surat Al-Fatihah.
4. Ada juga yang berpendapat bahwa yang pertama kali turun adalah BIsmillahirrahmairrahim, karena basmalah ikut turun mendahului setiap surat.

Ayat Yang Terakhir Kali Diturunkan

1. Dikatakan bahwa ayat yang terakhir itu adalah ayat mengenai riba. Dalilnya adalah hadits Bukhari dari Ibnu Abbas tentang ayat terakhir yang diturunkan adalah surat Al-Baqarah ayat 278.
2. Ada yang berpendapat yang terakhir diturunkan yaitu surat Al-Baqarah ayat 281. Dalilnya adalah riwayat An-Nasa’i dari Ibnu Abbas dan Said bin Jubair.
3. Dikatakan pula bahwa yang terakhir turun adalah ayat tentang hutang, yaitu surat Al-Baqarah ayat 282.
Ketiga riwayat itu dapat dipadukan, yaitu bahwa pihak ketiga ayat tersebut di atas diturunkan sekaligus seperti urutannya di dalam mushaf. Ayat mengenai riba, ayat “peliharalah dirimu…,” dan ayat tentang hutang, karena ayat-ayat itu masih satu kisah. Setiap perawi mengabarkan bahwa sebagian dari yang diturunkan itu sebagai yang terakhir kali. Dan itu memang benar. Dengan demikian, maka ketiga ayat itu tidak saling bertentangan.
4. Pendapat lainnya yaitu surat an-Nisaa’ ayat 178 yang berhubungan dengan masalah warisan.
5. Pendapat lainnya yaitu surat At-Taubah ayat 128.
6. Ada yang berpendapat surat Al-Ma’idah yang berdasarkan pada riwayat at-Tirmidzi dan Al-Hakim dari Aisyah.
7. Ada yang mengatakan surat Ali Imran ayat 195.
8. Pendapat lain yaitu surat An-Nashr ayat 1, berdasarkan hadits riwayat Muslim dari Ibnu Abbas.
9. Ada yang berpendapat surat an-Nisaa’ ayat 93.
Adapun ayat 3 surat al-Ma’idah secara teks, menunjukkan penyempurnaan kewajiban dan hukum. Juga telah diisyaratkan di atas, riwayat mengenai turunnya ayat riba, ayat hutang-piutang, ayat kalalah dan yang lain itu setelah ayat ketiga dari surat Al-Maa’idah. Oleh karena itu, para ulama menyatakan kesempurnaan agama di dalam ayat ini. Allah telah mencukupkan nikmat-Nya kepada mereka dengan menempatkan mereka di negeri suci dan membersihkan orang-orang musyrik daripadanya serta menghajikan mereka di rumah suci tanpa disertai oleh seorang musyrik pun, padahal sebelumnya orang-orang musyrik juga berhaji dengan mereka. Yang demikian termasuk nikmat yang sempurna, “Dan telah kucukupkan kepadamu nikmat-Ku.”


2.    Pengertian Hadits

Hadits (ejaan KBBI: hadis, bahasa Arab:الحديث dengarkan (bantuan•info),
transliterasi: Al-Hadîts), adalah perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad yang dijadikan landasan syariat Islam. Hadits dijadikan sumber hukum Islam selain al-Qur'an, dalam hal ini kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur'an.
Hadits secara bahasa berarti "berbicara", "perkataan" atau "percakapan". Dalam terminologi Islam istilah hadits berarti melaporkan, mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad  .

Menurut istilah, hadits yaitu apa yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad  , baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapannya (Arab: taqrîr), sifat jasmani atau sifat akhlak, perjalanan setelah diangkat sebagai Nabi (Arab: bi'tsah) dan terkadang juga sebelumnya, sehingga arti hadits di sini semakna dengan sunnah.


Struktur hadits 

Secara struktur hadits terdiri atas dua komponen utama yakni sanad/isnad (rantai penutur) dan matan (redaksi).
Contoh    :
Musaddad mengabari bahwa Yahya menyampaikan sebagaimana diberitakan oleh Syu'bah, dari Qatadah dari Anas dari Rasulullah  bahwa dia bersabda: "Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri" (hadits riwayat Bukhari)

Sanad

Sanad ialah rantai penutur/rawi (periwayat) hadits. Rawi adalah masing-masing orang yang menyampaikan hadits tersebut (dalam contoh di atas: Bukhari, Musaddad, Yahya, Syu'bah, Qatadah dan Anas). Awal sanad ialah orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits); orang ini disebut mudawwin atau mukharrij. Sanad merupakan rangkaian seluruh penutur itu mulai dari mudawwin hingga mencapai Rasulullah. Sanad memberikan gambaran keaslian suatu riwayat. Jika diambil dari contoh sebelumnya maka sanad hadits bersangkutan adalah
Al-Bukhari --> Musaddad --> Yahya --> Syu’bah --> Qatadah --> Anas --> Nabi Muhammad 
Sebuah hadits dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah penutur/rawi yang bervariasi dalam lapisan sanadnya; lapisan dalam sanad disebut dengan thabaqah.

Rawi

Rawi adalah orang-orang yang menyampaikan suatu hadits. Sifat-sifat rawi yang ideal adalah:
•    Bukan pendusta atau tidak dituduh sebagai pendusta
•    Tidak banyak salahnya
•    Teliti
•    Tidak fasik
•    Tidak dikenal sebagai orang yang ragu-ragu (peragu)
•    Bukan ahli bid'ah
•    Kuat ingatannya (hafalannya)
•    Tidak sering bertentangan dengan rawi-rawi yang kuat
•    Sekurangnya dikenal oleh dua orang ahli hadits pada jamannya.
Sifat-sifat para rawi ini telah dicatat dari zaman ke zaman oleh ahli-ahli hadits yang semasa, dan disalin dan dipelajari oleh ahli-ahli hadits pada masa-masa yang berikutnya hingga ke masa sekarang. Rawi yang tidak ada catatannya dinamakan maj'hul, dan hadits yang diriwayatkannya tidak boleh diterima.

Matan

Matan ialah redaksi dari hadits, dari contoh sebelumnya maka matan hadits bersangkutan ialah:
"Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri"
Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam mamahami hadits ialah:
•    Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad atau bukan,
•    Matan hadits itu sendiri dalam hubungannya dengan hadits lain yang lebih kuat sanadnya (apakah ada yang melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al Quran (apakah ada yang bertolak belakang).

3.    Hadits Nabawi Dan Hadits Qudsi

Hadits Qudsi

Secara bahasa, kata qudsi adalah nisbah dari kata quds. Hadits qudsi adalah firman atau perkataan Allah SWT, namun jenis firman Allah SWT yang tidak termasuk Al-Quran. Hadits qudsi tetap sebuah hadits, hanya saja Nabi Muhammad SAW menyandarkan hadits qudsi kepada Allah SWT. Maksudnya, perkataan Allah SWT itu diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan redaksi dari diri beliau sendiri. Bila seseorang meriwayatkan hadis qudsi, maka dia meriwayatkannya dari Rasulullah SAW dengan disandarkan kepada Allah, dengan mengatakan:
Rasulullah SAW mengatakan mengenai apa yang diriwayatkannya dari Tuhannya`, atau ia mengatakan: Rasulullah SAW mengatakan: Allah Ta`ala telah berfirman atau berfirman AllahTa`ala.`

CIRI-CIRI HADIS QUDSI.
1.    Makna daripada Allah dan lafaz daripada Nabi.
2.    Tidak dikira ibadat orang yang membacanya,iaitu tidak sebagaimana Al-Quran.
3.    Tidak disyaratkan penetapannya melalui Mutawatir.
4.    Disandarkan kepada Allah,tidak secara langsung.
5.    Hanya memperkatakan tentang atau soal-soal fadai'il sunat dan keistimewaan-keistimewaan.
6.    Kebanyakannya bersifat Ahad dan bertaraf zann.
7.    Menggunakan  lafaz-lafaz tertentu,antaranya:
1.    Qala atau Yaqulu Allahu Azza wa jalla.
2.    Fima yarwihi ‘anillahi Tabaraka wa Ta’ala

Hadits Nabawi

Sedangkan hadits nabawi adalah segala yang disandarkan kepada nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat.
Yang berupa perkataan seperti perkataan Nabi SAW: Sesungguhnya sahnya amal itu disertai dengan niat. Dan setiap orang bergantung pada niatnya.
Sedangkan yang berupa perbuatan ialah seperti ajaranya pada sahabat mengenai bagaimana caranya mengerjakan shalat, kemudian ia mengatakan:
“Shalatlah seperti kamu melihat aku melakukan shalat.”

Perbedaan Hadis Qudsi dan Hadis Nabawi

a. Tauqifi
Yang bersifat tauqifi yaitu yang kandungannya diterima oleh Rasulullah SAW dari wahyu, lalu ia menjelaskan kepada manusia dengan kata-katanya sendiri. Bagian ini, meskipun kandungannya dinisbahkan kepada Allah, tetapi dari segi pembicaraan lebih dinisbahkan kepada Rasulullah SAW, sebab kata-kata itu dinisbahkan kepada yang mengatakannya, meskipun di dalamnya terdapat makna yang diterima dari pihak lain.

b. Taufiqi
Yang bersifat taufiqi yaitu: yang disimpulkan oleh Rasulullah SAW menurut pemahamannya terhadap Quran, karena ia mempunyai tugas menjelaskan Quran atau menyimpulkannya dengan pertimbangan dan ijtihad. Bagian kesimpulannyang bersifat ijtihad ini, diperkuat oleh wahyu jika ia benar, dan jika terdapat kesalahan didalamnya, maka turunlah wahyu yang membetulkannya. Bagian ini bukanlah kalam Allah secara pasti.
Dari sini jelaslah bahwa hadis nabawi dengan kedua bagiannya yang tauqifi dan taufiqi dengan ijtihad yang diakui oleh wahyu itu bersumber dari wahyu. Da inilah makna dari firman Allah tentang Rasul kita Muhammad saw.:
Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (QS An-Najm:3-4).

Perbedaan hadis quidsi dan hadis nabawi adalah, sandaran hadis qudsi adalah Allah, sedangkan hadis nabawi adalah Nabi. hadis qudsi maknanya dari Allah yang diberikan kepada Nabi Saw melalui pengilhaman atau mimpi, tapi redaksi dibahasakan oleh Nabi. Sedangkan hadis nabawi isi atau makna dan redasinya dari Nabi Saw.

Persamaan Hadits Qudsi dengan Hadits Nabawi

Assayid Ahmad bin Mubarok –Rohimahu Allahu Ta’ala- di Ibriz berkata: “saya bertanya kepadanya- maksudnya kepada ustadznya Assayid Abdul Aziz Addibagh- tentang masalah ini. Yang kami simpulkan bahwa persamaan hadis qudsi, hadis nabawi dan al-Quran  adalah bahwa semuanya keluar dari antara dua bibir –maksudnya mulut- Nabi Muhammad SAW. Dan semuanya mengandung anwar (cahaya-cahaya) dari anwarnya Nabi Muhammad SAW. Beliau juga menambahkan bahwa semua yang Nabi SAW katakan adalah wahyu.
Jadi, sama sama dari ucapan Rasulullah, dan semua ucapan rasulullah adalah wahyu.

4.    Perbedaan Al-Qur’an Dengan Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi

Al-Qur'an disebut sebagai wahyu matlu' , karena Al-Qur'an merupakan wahyu yang dibacakan Allah swt , baik redaksi maupun maknanya , kepada Nabi Muhammad saw dengan menggunakan bahasa arab .Adapun Hadist disebut  ghoiru matlu' karena hadist tidak dibacakan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw secara langsung, melainkan maknanya dari Allah dan lafalnya dari Nabi Muhammad saw .

Perbedaan lainnya dapat dilihat dari 4 segi yaitu segi bahasa dan makna, periwayatan, kemukjizatan, dan nilai membacanya.
1.      Perbedaan dari segi bahasa dan makna adalah sebagai berikut:
a.       Al-Qur’an bahasa dan maknanya langsung dari Allah SWT.
b.      Hadis Qudsi maknanya dari Allah SWT. Bahasanya dari Nabi SAW.
c.       Hadis Nabawi bahasa dan maknanya dari Nabi SAW.
2.      Perbedaan dari segi periwayatan adalah sebagai berikut:
a.       Al-Qur’an tidak boleh diriwayatkan dengan maknanya saja.
b.      Sedangkan selain Al-Qur’an boleh.
3.      Perbedaan dari segi kemukjizatan adalah sebagai berikut:
a.       Al-Qur’an baik lafal dan maknanya merupakan mukjizat.
b.      Hadis Qudsi dan Hadis Nabawi bukan merupakan mukjizat.
4.      Perbedaan dari segi nilai membacanya adalah sebagai berikut:
a.       Al-Qur’an diperintahkan untuk dibaca, baik pada waktu shalat maupun di luarnya sebagai ibadah, baik orang yang membacanya itu mengerti maksudnya atau tidak.
b.      Hadis Qudsi dan Nabawi dilarang dibaca ketika shalat dan membacanya tidak bernilai ibadah. Yang terpenting dalam hadis adalah untuk dipahami, dihayati, dan diamalkan.

5.    Persamaan Al-Qur’an Dengan Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi

Assayid Ahmad bin Mubarok –Rohimahu Allahu Ta’ala- di Ibriz berkata: “saya bertanya kepadanya- maksudnya kepada ustadznya Assayid Abdul Aziz Addibagh- tentang masalah ini. Yang kami simpulkan bahwa persamaan hadis qudsi, hadis nabawi dan al-Quran  adalah bahwa semuanya keluar dari antara dua bibir –maksudnya mulut- Nabi Muhammad SAW. Dan semuanya mengandung anwar (cahaya-cahaya) dari anwarnya Nabi Muhammad SAW. Beliau juga menambahkan bahwa semua yang Nabi SAW katakan adalah wahyu.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Hadits#Berdasarkan_jumlah_penutur
http://www.muslimdaily.net/ilmu/pengetahuan-tentang-ayat-al-quran-pertama-dan-terakhir-turun.html
https://edywitanto.wordpress.com/hadist-qudsi/contoh-hadits-qudsi/
Kumaidi,Irham.2008.Ilmu Hadist untuk Pemula:Jakarta.Arta Rivera.
Munawir, Ahmad Warson. 1984. Al-Munawir Kamus Arab Indonesia. Yogyakarta: Pondok Pesantren Krapyak.
Al-Bhuti, Muhammad Sa’id Romadhon. 2011. Fil Hadisi Assyarif Wa Albalaghotu Annabawiyah. Damaskus: Darul Fikr.
https://zainrochmanstmikprsw.wordpress.com/2012/01/05/makalah-al-quran-dan-al-hadits-sebagai-sumber-hukum-islam/
http://saef102.blogspot.co.id/2012/11/persamaan-dan-perbedaan-antara-hadis.html
http://mujtahid269.blogspot.co.id/2014/07/sumber-ajaran-islam.html
GB Team, al-Qur’ânul Karîm, cet. Ke-2, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2011)

Hasbi Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1999)

Hendri, Ari, Mukjizat al-Qur’an, (Jakarta: CV. Artha Rivera, 2008)

Kencana Syafi’ie, Inu, Ilmu Pemerintahan dan al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994)

Berkomentarlah sewajarnya.Klik 'Emoticon' jika ingin menambahkan Emoticon. Komentar spam pasti dihapus, Terima Kasih.
EmoticonEmoticon